Skip to main content

Di dunia dewasa ini setiap bangsa manusia memerlukan kehidupan yang bebas, merdeka dan berdaulat. Peranan rakyat Bangsa Melayu Patani yang terjajah menjadi sangat penting dalam setiap sudut dan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Parpol (Partai Politik) Revolusi Rakyat Melayu Patani dewasa ini sudah bersatu melawan penjajahan Siam Thailand secara aktif, bekecuali dan cinta damai. Berkat dorongan semangat nasional yang bercita-cita luhur untuk mengutarakan pendapat, mencapai keinginan bersama, menyampaikan ketidaksetujuan dan masih banyak lagi. Dalam lingkup dan tahapan yang lebih luas, melalui mediator dan hukum internasional. Perang Rakyat Tahan Lama sudah benar-benar meyakinkan seefisiennya! Dalam kehangatan Revolusi Rakyat Patani dewasa ini dapat menghalang kemampuan aksi politik bersenjata penjajah Siam, sudah terbuka pkum menawar Dialog santhiphap (perdamaian) lalu dan kini Dialog Santhisuk (Kebahgiaan) kepada Parpol (Partai Politik) Patani. Dasar Fikir politik diplomasi penjajah Siam ini hanya untuk mengekalkan kuasa “hegemoni” Bangkok lebih lama menguasai di bumi Patani.

Perdana Menteri (PM) Junta Thailand secara dangkal bukan lagi sesuatu yang asing, Kurang dari 24 jam Gen. Prayuth Chan-Ocha sesudah melakukan kudeta pada 22 Mei 2014 dan membentuk Dewan Kedamaian dan Ketertiban Nasional (dalam bahasa Inggris National Council for Peace and Order, NCPO) untuk menjalankan kekuasaan. Badan ini membubarkan Parlimen dan Perlembagaan Rakyat 2007, kemudian mengangkat dirinya sebagai PM Junta Thailand yang ke-29 mengambil alih kekuasaan legislatif 26 Mei 2014. Menguatkan Undang-undang keselamatan di bawah perkara 44, dan menginstruksikan agar angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian juga bersepakat dan bergabung dengan NCPO. Menguatkan sensor terhadap media, dan penangkapan terhadap figur-figur parpol (partai politik) pimpinan mantan PM Thailand ke-28 Yingluck Shinawatra.

Dikutip dari pidato PM Junta Gen. Parayut kepada khalayak, dalam sebuah kem tentera di Patani bahwa Dasar Fikir Santhisuk dari segi metodenya sama melalui fasilitator seperti Dasar Fikir Santhiphap (Perdamaian) Kuala Lumpur (KL) 2013 juga. Dari sudut tekniknya Dasar Fikir Santhisuk tidak banyak bersemuka dengan deligasi parpol Patani bicaranya, cukup sekadar Parpol Patani menghantar permohonan yang satu melalui fasilitator seperti sudah disepakati dengan PM Malaysia Dato Sri Mohd Najib bin Tun Haji Abdul Razak semasa lawatan resmi pertamanya ke Putera Jaya pada 1 Disember 2014. Kalau bersemuka pun menurutnya tidak mesti melalui fasilitator, kami (Thailand) boleh atur sendiri, kerana berlangsung sesama rakyat Thai, bukan dengan rakyat lain.

Konotasi Dasar Fikir Santhiphap dan Dasar Fikir Santhisuk sama-sama ditagih dari Dialog Damai Hadyai (Songkla) 1989, antara kerajaan Malaysia dengan Partai Kumunis Malaya (PKM) melalui fasilitator Thailand. Hasilnya wujud Kampung Pardamaian Ke-4, perkampungan mantan anggota PKM Rejimen Ke-10 bersetuju meletak senjata (menyerah diri), dewasa ini dikenali Kampung Chulabhorn Patana 12  (1990), Daerah Sukhirin Wilayah Narathiwat. Berjumlah 138 keluarga seramai 500 orang, lebih 200 orang ialah kanak-kanak. Itulah dasar fikir Santhisut VS Parpol Patani akan diulang tayang kembali di bawah aturan UU sementara Junta 2015.

Adapun menurut seorang yang dipercayai aktivis Parpol Revolusi Rakyat Melayu Patani tak ingin namanya dipublisiti kepada khalayak berpendapat, Dialog Santhisut yang diusahakan oleh fasilitator (Malaysia) dewasa ini melunas permintaan PM Junta Thailand selaras dengan selera Dasar Fikir Santhisuk Gen. Paryut, yang menginginkan semua Parpol Patani bersatu di bawah satu Payung yang membawa satu permintaan yang satu kepada Bangkok. Secara kasar fasilitator sudah menghimpunkan 6 buah Parpol Patani, yaitu PPMO (Pertubuhan Patani Merdeka Organization), BIPP (Barisan Islam Pembebasan Patani) tiga kelompok PULO   (Patani United Liberation Organisation) berlainan ketua, yakni satu kelompok PULO Bintang 4 dan dua kelompok PULO Bintang 5  dan GMIP (Gerakan Mujahidin Islam Patani) bergabung dibawah Payung MARA Patani (Majlis Syura Patani) dikepalai sang ketua PPMO. 

Seperti apa latar belakang PPMO, boleh jelaskan sedikit? Seimbas ikan menyambar latar belakang PPMO katanya adalah parpol serpihan dari GMP (Gerakan Mujahidin Patani) 1986. Sang ketua keluar 1998 bentuk PPPO sendiri sesudah ketua GMIP keluar 1994 bentuk GMIP sendiri.

Apa tanggapan Pak terhadap tulisan Abu Hafiz Al-Hakim yang bertajuk “Apakah Dia MARA Patani?” yang diterbitkan melalui blog Deep South Watch bertarikh 23 Mei 2015 lalu.  Rujuk paragraf 3. Asal MARA Patani ( Majlis Amanah Rakyat Patani) adalah inisiatif dari kalangan ahli BRN (Barisan Revolusi Nasional) yang pro-perundingan sebagai satu aksi atau tindakan proaktif kepada proses dialog damai. Ia ditubuhkan sejak 25 Oktober 2014 oleh gabungan anggota BRN lama dan baru termasuk juga dari kalangan pemuda, ulama dan angkatan bersenjata. Mereka dipercayai berusaha sebagai “Kumpulan Bertindak  BRN” yang cenderung kepada mencari penyelesaian politik secara rundingan dengan kerajaan Thai.  

Tegasnya: Tidak benar bercanggah dengan fakta bukan MARA. Sebenarnya yang dimaksudkan Abu Hafiz itu barangkali AMPERA (Amanah Penderitaan Rakayat), yakni satu daya usaha atau inisiatif BRN yang serba satu. Satu dalam resolusi, satu dalam tindakan, satu dalam cita-cita politik, ekonomi, sosial dan budaya. Guna pertahankan Hak Pertuanan Rakyat Melayu Patani dari tipu daya penajah Siam Thai. 

Pentas politik dipolomasi harus tidak terpasung kaki Parpol sendiri untuk memperoleh Hak Penentuan Nasib Sendiri (Right to Self-Determination) sebagai hak mutlak Pertuanan Rakyat Melayu Patani yang sah menurut hukum internasonal. Apapun perbedaan politik diplomasi harus berpaksikan Gerakan Revolusi Rakyat Patani yang terorganiser di dalam tanah air sebagai benteng menuntut Hak Bangsa Sendiri. Sebaliknya politik diplomasi tidak menggalang sesiapa pun untuk berprestasi. Namun penting untuk digarisbawahi bahwa Dialog Damai Sengketa Penjahan Siam Thai di Patani kuncinya adalah asosiasi mediator dan hukum internasional. Atas semangat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Asean (AHRD) seharusnya Malaysia tidak melayan bola tanggung yang dihantar Junta Thai sebagai Desakan Penyelamatan AHRD Phnom Penh Kamboja 18 November 2012.

Dipandang secara konsepsi BRN tetap berpegang dengan penjelasan dan penegasan mantan deligasi BRN, Hasan Taib melalui klip yang disiarkan melalui Youtube pada 1 Disember 2013, yang durasinya 1 minit 29 saat itu adalah wajar dan tepat.

Dicermati Dasar Fikir Santhiphap Kuala Lumpur (KL) 2013 yang lalu sangat keras prosesnya, bila didapati Ustaz Hasan Taib (Deligasi BRN) diheret songsang dari kontrol DPP (Dewan Pimpinan Partai) dan ditahan di bawah kontrol pihak fasilitator beberapa hari sebelum Dialog Santhiphap berlangsung. Aplikasinya dirancang bila terbukti digandingkan tiga sang aktor yang mengaku diri mereka mewakili Jabatan tertentu dalam BRN yang langsung tak pernah dilantik dan dikirim DPP di saat itu. Namun Rakyat Melayu Patani terjajah bargantung kasih kepada Naib Yang Dipertua Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (YADIM) merangkap ketua Fasilitator Kumpulan Kerja Proses Dialog Damai Sengketa penjajahan di Patani, Datuk Seri Ahmad Zamzamin Hashim. Penghargaan ini hanya yang mengenal mutu manikamnya sahaja dapat memahami sikap BRN di sebalik Dialog Senthiphat KL yang lalu.

Perang Gurilya yang terorganisir adalah pilihan terakhir sesudah politik diplomasi di bawah aturan Perlembagaan Kerajaan Penjajah Thailand dalam sejarah as-Syahid Tuan Guru Haji Sulong Patani (1954) dibunuh secara kejam dek kerana permintaan 7 perkara kepada Bangkok digagalkan.

Dasar Fikir Santhisuk VS Parpol Patani sebagai medang politik dalam negeri melalui fasilitator dipertaruhkan kebijakan berdiplomasi singkat. ”Diplomasi adalah muslihat yang bijaksana dengan perundingan untuk mencapai cita-cita bangsa. Diplomasi adalah tindakan politik internasional, tetapi nyatalah, untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan jalan diplomasi, perlu ada gerakan yang kuat dalam negeri yang menjadi sendi tindakan diplomasi itu”, kata Bung Hatta.